Taman Sari Yogyakarta atau Taman Sari Keraton Yogyakarta adalah sebuah situs bekas taman atau kebun istana (royal garden) Keraton Yogyakarta. Tempat ini adalah taman kerajaan atau pesanggrahan Sultan Yogya dan keluarganya yang letaknya hanya sekitar 0,5 km sebelah selatan Kraton Yogyakarta.
Arsitek bangunan ini bergaya Portugis, sehingga selintas seolah-olah bangunan ini memiliki seni arsitektur Eropa yang sangat kuat, disamping makna-makna simbolik Jawa yang tetap dipertahankan. Namun jika kita amati, makna unsur bangunan Jawa lebih dominan di sini. Tamansari dibangun pada masa Sultan Hamengku Buwono I atau sekitar akhir abad XVII M. Tamansari bukan hanya sekedar taman kerajaan, namun bangunan ini merupakan sebuah kompleks yang terdiri dari kolam pemandian, kanal air, ruangan-ruangan khusus dan sebuah kolam yang besar.
Pada bagian dalam taman ini selain terdapat irigasi air terdapat juga jalan bawah tanah atau terowongan dari Kraton Yogyakarta yang menuju salah satu bangunan di taman yang disebut Pasarean Ledoksari, yakni tempat peraduan dan tempat pribadi Sultan. Juga terdapat Sumur Gumuling, yaitu bangunan bertingkat dua dengan lantai bagian bawahnya terletak di bawah tanah.
Di masa lampau, bangunan ini merupakan semacam surau tempat Sultan melakukan Sholat yang dapat dicapai melalui salah satu lorong bawah tanah yang ada di kompleks taman. Selain itu, masih banyak terdapat lorong bawah tanah, yang dulunya dipakai sebagai jalan penyelamatan bilamana sewaktu-waktu kompleks ini mendapat serangan musuh. Di salah satu bagian ada bangunan yang disebut Pulau Kenanga karena di halaman depan gedung tumbuh pohon Kenanga Bunga Kenanga menyebarkan bau yang harum ke seluruh bagian taman.
Tamansari adalah sebuah tempat yang cukup menarik untuk dikunjungi. Selain letaknya yang tidak terlalu jauh dari Kraton Yogyakarta yang merupakan obyek wisata utama kota ini, Tamansari memiliki beberapa keistimewaan. Keistimewaan Tamansari antara lain terletak pada bangunannya sendiri yang relatif utuh dan terawat serta lingkungannya yang sangat mendukung keberadaannya sebagai obyek wisata.
Di lingkungan Tamansari ini juga dapat dijumpai Masjid Saka Tunggal yang memiliki satu buah tiang. Meskipun masjid ini dibangun pada abad XX, namun keunikannya tetap dapat disaksikan dikompleks ini.
Disamping itu, kawasan Tamansari dengan kampung taman-nya ini sangat terkenal dengan kerajinan batiknya. Kita dapat berbelanja maupun melihat secara langsung pembuatan batik-batik yang berupa lukisan maupun konveksi. Kampung Tamansari ini sangat dikenal sehingga banyak mendapat kunjungan baik dari wisatawan mancanegara maupun wisata nusantara.
Tidak jauh dari Tamansari, dapat dijumpai Pasar Tradisonal Ngasem yang saat ini sedang dibangun menjadi pasar seni tradisonal. Beberapa daya tarik pendukung inilah yang membuat Tamansari menjadi salah satu tujuan wisata Yogyakarta Kraton Yogyakarta.
Setelah selesai dipugar, Taman Sari akan disediakan untuk umum yang ingin melakukan kegiatan-kegiatan khususnya yang berhubungan dengan kebudayaan, meski dimungkinan juga untuk dipergunakan sebagai tempat untuk acara lain misalnya pesta pernikahan.
Obyek wisata Taman Sari ini dibuka setiap hari dari pukul 09.00-15.30 WIB dengan tiket masuk untuk wisatawan domestik sebesar Rp 2.500 dan mancanegara seharga Rp 5.000 per orang.